Dikatakan Bulan shafar karena kebiasaan orang arab saat dibulan-bulan itu meninggalkan rumah mereka dalam keadaan kosong.
Dan ini Penjelasan dari http://www.piss-ktb.com/ :
Keterangan dalam kitab alMughni dan an-Nihaayah “karena kebiasaan orang arab saat menamai bulan disesuaikan dengan keadaan zamannya, mereka menamai ramadhan karena bulan ini bertepatandengan masa terik panas seperti mereka menamai dua bulan robii’ (robiiul awal dan robii’us tsani) karena bertepatan dengan musim semi, begitu juga bulan-bulan lain meskipun kenyataannya pada musim-musim tertentu tidak sesuai dengan apa yang mereka namai.
Ramadhan = saat bumi terbakar karena panas yang terik
Syawwal = saat unta menaikkan ekornya pada wadah
Dzul Qa’dah = saat merendahkan kendaran untuk dinaiki
Dzul hijjah = saat menjalani haji
Muharram = saat diharamkan peperangan atau niaga
Shofar = saat orang arab meninggalkan rumah mereka dalam keadaan kosong
Robii’ (awal dan tsani) = saat musim semi
Jumada (ula dan tsani) = saat air membeku
Rojab = saat pepohonan berduri
Sya’ban = saat mereka meninggalkan untuk selama-lamanya seperti kembali Hawaasyi as-syarwaany III/371
Hadist Kurang Kuat Tentang Arba' Mustamir
Dalam hal ini kalangan Fuqaha memilih hati-hati menyikapi keberadaan amalan yang berkaitan dengan ARBA' MUSTAMIR (lihat dokumen "sholat rebo wekasan") karena sandarannya tidak terdapatkan dalil berupa al-Quran dan as-Sunnah.
- Arba Musta'mir didalam Alqur'an tidak disebutkan,juga dalam hadist tidak terdapat masalah ini.Namun kalau kita berpegang kepada Faham Ahlussunnah Wal Jamaah" mengenai Arba musta'mir ini ada dsbutkan,misalnya terdapat dalam kitab"Kanzun Najaah was Suruur"halaman 25 sebagai berikut (artinya):menyebutkan sebagian orang-orang Arifin,bahwasnya diturunkan pada tiaptiap Tahun 324.000 bala,seluruhnya diturunkan pada hari Arba Mustamir yg akhir dari bulan Safar,mka jdilah hari itu paling sulit hari dalam setahun.
- Oleh karna itu orang-orang shalihin mengantisipasinya dengan dsunnatkan hari itu membca surah yasin 1 kali,kmudian apabila sampai kpd kalimat salaamun qoulan mirrabbir rahiim diulang mmbacanya sbanyak 313 kali.lalu mmbaca do'a shlawat tunjina sampai selesai,dsmbung pula dgn do'a:Allahummashrif annasy syara maa yanzilu minas sama_i wa maa yakhruju minal ardhi innaka'alaa kulli syai'in qodiiru.
- Andaikata hari itu sama saja,kenapa Imam Al-Ghazali mengarang kitab spesial/khusus yg diberi nama oleh beliau dgn"al-aufaq"antara lain dsebutkn bhwa ada hari yg dsebut naas itu,dan Allah sendiri melebihkan hari jum'at dari hari yg lainnya,demikian pula bulan dan tahun.itu artinya ada hari,bulan dan tahun yg terbaik dari yg terbaik.
“Tidak ada penularan penyakit (dengan sendirinya), tidak ada thiyarah, tidak ada kesialan karena burung hantu, tidak ada kesialan pada bulan Shafar.”
(HR. Al-Bukhari 5437, Muslim 2220, Abu Daud 3911, Ahmad (II/327)) Hadits ini telah disepakati keshahihannya.
Sebagihan ulama berpendapat, hadits shahih LA SHOFARO
Tidak ada shofar yang nahas, tdk bertentangan dgn keyakinan bakdhus shalihin tentang arba mustmr.Sebab tdk ada bulan apapun termasuk shafar yg dgn sendirinya bisa bikin sial. Selamat dan sial,smua Allah yg bikin.
Tetapi sunnatullah menunjukkan bahwa dirabo terahir bulan Safar Allah turunkan banyak bala.Jadi Kedua Pendapat tsb bisa di Jami'kan.
Terlepas dari Kedua Hadist tersebut Kita Harus Waspada dan jangan banyak melakukan Maksiat pada Bulan Safar ,Karena Allah tidak akan menurunkan Bala kepada orang-orang Sholeh kecuali itu sebagai Cobaan untuk Mereka.
Menganggap sial bulan Shafar termasuk kebiasaan jahiliyyah. Perbuatan itu tidak boleh. Bulan (Shafar) tersebut seperti kondisi bulan-bulan lainnya. Padanya ada kebaikan, ada juga kejelekan. Kebaikan yang ada datangnya dari Allah, sedangkan kejelekan yang ada terjadi dengan taqdir-Nya.
"Pada dasarnya hari dan bulan dalam satu tahun adalah sama. Tidak ada hari atau bulan tertentu yang membahayakan atau membawa kesialan. Keselamatan dan kesialan pada hakikatnya hanya kembali pada ketentuan takdir Ilahi."
Pernyataan diatas berbeda dengan Kitab karangan Imam Al-Ghazali :
"Ada hari yg dsebut naas itu,dan Allah sendiri melebihkan hari jum'at dari hari yg lainnya,demikian pula bulan dan tahun.itu artinya ada hari,bulan dan tahun yg terbaik dari yg terbaik."
Tetapi Imam Al-Ghazali tidak menyebutkan soal Arba Mustamil ,Jadi Kesimpulan saya Sih dari Pernyataan diatas adalah memang benar ada kalo Hari Jum'at adalah hari yang dilebihkan oleh Allah dan Ramadhan adalah Bulan yang dilebihkan oleh Allah,Arti dari Allah Swt melebihkan Hari dan bulan tsb tiada lain maksudnya adalah hari dan Bulan tsb lebih Suci dan lebih baik untuk mengerjakan Amal Sholeh.Qada dan Qadar itu adalah rahasia Allah dan tidak ada seorangpun yang bisa mengetahuinya kecuali Makhluk yang dilaknat Allah telah mencuri Informasi tsb dari Langit.
Makhluk yang mencuri Informasi dari Langit tiada lain dan tiada bukan melaikan Makhluk yang membakang terhadap-Nya.Iblis mencuri Informasi dari langit untuk membagikannya kepada Paranormal ataupun Dukun.Percaya sama Dukun dan paranormal adalah Termasuk perbuatan Syirik dan Perbuatan yang tidak diampuni oleh Allah swt.
Sumber http://hadayaistifadah.blogspot.com/2010/02/bulan-safar-arba-mustamir-antara-mitos.html
Ritual Bid'ah yang dilakukan menghadapi Arba Mustamir
Ritul Tolak Bala
Ritual tolak bala merupakan Ajaran Islam.Ritual itu cuma sebagai Tradisi dan dijadikan oleh sebagian Masyarakat sebagai Atribut dalam Islam.Ritual ini disalah gunakan oleh sebagian orang sehingga bisa menjadi perbuatan Syirik. Ritual tolak bala’ tidak bisa dikatakan sebagai fenomena kultural semata, karena dalam perspektif Islam, hal itu bertentangan dengan akidah.
Selain itu, ritual tolak bala’ justru menjadi syariat agama-agama di luar Islam, seperti Konghucu, Budha, dan sebagainya. Dengan demikian, mempraktekkan ritual tolak bala’, sama saja dengan menjalankan syari’at agama non Islam yang paganis alias berhalais.Berdoa agar Bala dijauhkan bukanlah Perbuatan Syirik ,tapi melakukan Ritual yang jauh dari akidah Islam itulah yang menyebabkan Perbuatan Syirik.
Macam-macam Ritual Tolak Bala.
Sumatera Barat,Padang
Di kawasan ini, ritual tolak bala’ disebut dengan nama Karu. Di tempat lain, seperti Kubang, Kolok dan sejumlah daerah lainnya di kawasan Sumatera Barat, dinamakan Do’a Tolak Bala’. Bila ritual Do’a Tolak Bala’ dilaksanakan pada malam hari sambil berkeliling kampung dan mengunjungi tempat-tempat yang dianggap keramat, Karu justru dilaksanakan pada siang hari, dan terpusat di Situs Bala’i Batu Sandaran sebagai Pusat Desa.
Karu tidak sekedar memanjatkan do’a serta puji-pujian kepada yang Maha Kuasa menurut penafsiran mereka, namun dilanjutkan dengan Baureh dan makan bersama. Baureh adalah prosesi memercikkan air yang dilakukan oleh dukun nagari kepada masyarakat yang hadir. Air dipercikkan dengan menggunakan alat bantu berupa tumbuhan alam yang terdiri dari Sitawa, Cikumpai, Cikarau, Sidingin yang telah dimantra-mantrai dan diasapi bakaran kemenyan. Mungkin mirip pendeta Hindu di Bali saat memercikkan air suci kepada penganut Hindu.
Menurut sebuah media lokal, ritual tolak bala’ menjadi bagian tak terpisahkan dalam keseharian warga Minang, bahkan mereka selalu berusaha melestarikan adat tersebut. Misalnya, sebagaimana terjadi pada 21 Mei 2011 lalu, di Lubuk Kilangan, Padang. Menurut masyarakat Lubuk Kilangan, tolak bala’ adalah acara adat yang berisi doa keselamatan agar dijauhkan dari bencana dan marabahaya, juga untuk meningkatkan hasil pertanian masyarakat lubuk kilangan yang mayoritas petani.
Nanggroe Aceh Darussalam
Selain di Sumatera Barat yang terkenal dengan adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah, di Nanggroe Aceh Darussalam yang diberi kewenangan khusus menerapkan syari’at Islam ini, ternyata ritual tolak bala’ juga masih terjadi. Misalnya, sebagaimana terjadi di Desa Meloak Ilang, Kecamatan Putri Beutung, Kabupaten Bener Meriah, NAD. Di Desa Meloak Ilang ini, ritual tolak bala’ sudah menjadi tradisi tahunan. Prosesi yang ditempuh adalah menghanyutkan sesajian berupa ayam jantan putih ke Sungai Alas oleh para tetua kampung. Mirip prosesi larung sesaji di Jawa. Mereka meyakini, ritual itu dapat menangkal datangnya bala’. Pada tahun 2010 lalu, ritual tolak bala’ berlangsung pada hari Ahad tanggal 06 Juni.
Banjarmasin
Di Banjarmasin, juga ada tradisi tolak bala’ yang digelar menjelang akhir bulan Safar, memasuki bulan Rabiul Awal yang juga dikenal dengan nama bulan Maulud, mirip Basafa di Sumatera Barat. Ritual tolak bala’ versi umat Islam di Banjarmasin ini, berlangsung pada setiap hari Rabu terakhir di bulan Safar, sehingga dinamakan Arba Mustakmir. Tujuannya, agar terhindar dari segala malapetaka, bencana, penyakit atau wabah yang tidak diinginkan selama setahun ke depan.
Pada tahun 2011 ini, Arba Mustakmir dimulai sejak terbenamnya matahari pada hari Selasa tanggal 1 Februari 2011 (bersamaan dengan tanggal 27 Safar 1432 Hijriah), hingga tenggelam matahari pada hari Rabu tangal 2 Februari 2011 (bertepatan dengan tanggal 28 Safar 1432 H). Antara lain berlangsung di Masjid Al Ikhwan jalan Veteran, juga di Langgar Baitur Ridhwan, Jalan Dahlia, Banjarmasin.
Ritual tolak bala’ biasanya diawali dengan shalat sunat Dhuha berjamaah, kemudian dilanjutkan dengan membaca ya basith sebanyak 10 kali, membaca astaghfirullah lil mukminin wal mukminat, sebanyak 10 kali. Selanjutnya membaca doa khusus sebanyak tujuh kali, yaitu: “…subhanallahi mil almizan wa muntaha ilmi wa mabladzarridha wa jinatal arsy. Walhamdulillahi mil almizan wa muntaha ilmi wa mabladzarridha wa jinatal arsy. Wa la ilaha ilallahu mil almizan wa muntaha ilmi wa mabladzarridha wa jinatal arsy. Wallahu akbar mil almizan wa muntaha ilmi wa mabladzarridha wa jinatal arsy…”
Bahkan ada yang melengkapi ‘peribadatan’ Arba Mustakmir-nya dengan membaca surah Yaa Siin dengan tata cara yang berbeda. Yaitu, ketika sampai pada ayat 58 yang berbunyi salaamun qaulam mir rabbir rahiim, dibaca sebanyak 313 kali, barulah dilanjutkan ke ayat berikutnya sampai selesai.
Bagi sebagian umat Islam yang bernaung di bawah majelis taklim tertentu, pembacaan surah Yaa Siin dengan tata cara berbeda ini, juga dilakukan pada hari-hari biasa. Namun ayat 58 yang berbunyi salaamun qaulam mir rabbir rahiim, hanya dibaca sebanyak tiga kali saja. (Banjarmasinpost.co.id – Rabu, 26 Januari 2011).
Banyuwangi
Banyuwangi ada ritual tolak bala’ yang secara khusus dilaksanakan pada bulan Syawal, yaitu Seblang. Ritual Seblang yang berlangsung pada hari ketujuh pada bulan Syawal, bertujuan untuk membebaskan dari marabahaya (tolak bala’) dan berharap selalu mendapat lindungan dari Allah SWT. Ritual Seblang antara lain masih diamalkan oleh warga Desa Olehsari Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur. Bentuknya, berupa tari-tarian yang diperagakan oleh gadis muda berusia belasan.
Di tempat acara, di atas pentas penari akan memasuki tahapan tidak sadar diri karena sudah kemasukan roh halus (kesurupan), setelah disematkan mahkota (omprog) seberat 2 kilogram yang terbuat dari berbagai bunga seperti bunga kantil, kamboja, sundel, bunga pencari kuning dan putih. Roh halus yang merasuki sang penari Seblang, dipercaya sebagai roh nenek moyang. Pada saat penari Seblang sudah kemasukan roh halus, maka itu merupakan pertanda bahwa desa mereka akan terbebas dari marabahaya.
Di luar bulan Syawal, masyarakat Banyuwangi juga punya ritual tolak bala’ bernama Kebo-keboan. Khususnya, tradisi kebo-keboan ini amat dikenal masyarakat Alasmalang, Banyuwangi, Jawa Timur. Konon, Kebo-keboan ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam, dan selalu dilaksanakan pada tanggal 10 bulan Muharam. Tujuannya, antara lain untuk memohon turunya hujan saat kemarau panjang, dan terhindar dari penyakit aneh yang mewabah.
Sumber http://www.nahimunkar.com/ritual-tolak-bala-di-negeri-mayoritas-muslim/
Kelanjutannya silahkan baca >>Disini<< tapi buat 18+
Kayanya nie blog informatif banget.
ReplyDeleteKeep posting gan.
makasih atas artikel tulisan yg baik dan mendidik
ReplyDeleteJalan yg lurus
ReplyDeleteBlog sangat bagus
ReplyDeleteArtikelnya sangat benar akurat & jelas
Bikin trus gan artikel2 yg lain